BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh
akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran
secara drastis. Wilayah kekukasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan
kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi dan menjatuhkan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih luas lagi.
Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat
serangan bangsa Mongol itu. Tentara Mongol di bawah
pimpinan Timur Lenk juga mengahancurkan
pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain dan membakar
habis ribuan buku ilmiah karya sarjana muslim.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru
mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar Islam, yaitu Utsmani di Turki, Mughal di
India, dan Syafawi di Persia. Kerajaan Utsmani, disamping yang pertama berdiri,
juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Utsmani di Turki?
2.
Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Syafawi di persia?
3.
Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Mughal India?
BAB ll
PEMBAHASAN
1.
KERAJAAN
UTSMANI di TURKI
1.
Asal-usul
Kerajaan Utsmani
Pendiri
kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol
dan daerah utara negeri China. Dalam jangka waktu kira-kira 3 abad, mereka
pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad
ke 9/10 M ketika mereka menetap di Asia Tengah.[1]
Pada
abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol, akhirnya mereka
melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara saudara-saudaranya
yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrol,
mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan
Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian
Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih
kota Syukud sebagai ibukota.
Ertoghrol meninggal dunia tahun 1289
M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya,
yaitu Utsman. Utsman memerintah antara tahun 1290 – 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak
berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan keberhasilannya menduduki
benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300
M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan sultan Alaudin
ll terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil. Utsman-pun mengantikan Sultan Alaudin ll dan menyatakan kemerdekannya dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut Utsman I.
2.
Perkembangan
Kerajaan Utsmani
Setelah Usman mengumumkan dirinya
sebagai Padisyah al-Usmani (Raja besar keluarga Usman) pada tahun 699 H (1300
M), wilayah
kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan
menaklukkan Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai
ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Turki Utsmani
ini dapat menaklukkan Azmir, Thawasyanli, Uskandar, Ankara dan Gallipoli.
Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke
benua Eropa.
Merasa
cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.
Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani,
namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu Eropa
tersebut.Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan
dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun
1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut membawa dampak
yang buruk bagi Kerajaan Utsmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di
Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi
hal itu dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang
pertama yaitu meletakkan dasar-dasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam
negeri.
Usaha
beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).Turki Utsmani mengalami
kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah.
Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M
yang merupakan kekuatan terakhir Imperium Romawi Timur. putra Sultan Salim I,
yaitu Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro,kepulauan
Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau ini merupakan puncak keemasan dari
kerajaan Turki Utsmani. Sebab, setelah Sultan Sulaiman I meninggal dunia,
terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya dan itu menyebabkan
kerajaan Utsmani mulai mengalami kemunduran.[2]
Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa
bberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang
militer.
3.
Kemajuan
Kerajaan Utsmani
Kemajuan dan perkembangan ekspansi
kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti
pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang
terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Bidang
Militer dan Pemerintahan
Kekuatan
militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur pada masa
pemerintahan Sultan Murad l. Tahap selanjutnya Orkhan mengadakan perombakan
dalam tubuh organisai militer dalam bentuk mutasi personil pimpinan dan
perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai
anggota. Progam ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru
yang disebut jenissari dan inkisyariyah. Pasukan ini yang dapat
mengubah Negara Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penakhlukan negeri non muslim. Factor utama yang
mendorong kemajuan ini ialah tabiat bangsa turki itu sendiri yang bersifat
militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.[3]
Keberhasilan
ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemeritahan yang
teratur. Untuk mengatur pemerintahan Negara, dimasa Sultan Sulaiman l. disusun
sebuah kitab undang-undang(qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur,
yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya
reformasi pada abad 19.[4]
b.
Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Turki Utsmani lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang militer, sementara dalam ilmu
pengetahuan mereka tidak begitu kelihatan menonjol. Namun demikian, mereka
banyak berkiprah dalam pembangunan yang indah seperti Masjid Jami’ Sultan
Muhammad Al-Fatih.[5]
Ada juga Masjid Agung
Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari. Dan Aya Sophia merupakan masjid yang
terkenal karena keindahan kaligrafinya yang asalnya adalah gereja kristen Pada masa Sulaiman di kota-kota lainnya juga
banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, makam jembatan, saluran air, vila
dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah bangunan
itu dibangun dibawah coordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
c.
Bidang Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat turki mempunyai peranan besar dalam sosial politik.
Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku.
4.
Kemunduran
Kerajaan Utsmani
Kemunduran Turki Utsmani terjadi
setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan karena banyaknya
kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya perebutan
kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar
orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena
melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan
dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system
pemerintahan tidak berjalan semestinya. Selain faktor tersebut, ada beberapa
factor lain yang menyebabkan Kerajaan Utsmani mengalami kemunduran. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Wilayah
kekuasaan yang sangat luas dan tidak diimbangi dengan penataan sistem
pemerintahan yang baik.
2.
Pemberontakan
tentara jenissari
3.
Penguasa
yang tidak cakap
4.
Kemerosotan
perekonomian Negara
5.
Stagnasi
di bidang ilmu dan tekhnologi
6.
Budaya
pungli
7.
Heterogenitas
penduduk
B. KERAJAAN SAFAWI di PERSIA
1.
Asal-usul
Kerajaan Safawi
Kerajaan
Safawi ini berasal dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota di Azerbeijan
(wilayah Rusia) yang berdiri hampir
bersamaan dengan berdirinya kerajaan Utsmani di Turki. Nama Safawiyah diambil dari
nama pendirinya safi al-Din (1252-1334M). Kerajaan Safawiyah menganut aliran
syi’ah dan ditetapkan sebagai madzhab negaranya. Safi al-Din keturunan dari
imam syi’ah yang keenam Musa al-Kazhim. Dalam waktu yang tidak lama tarekat ini
berkembang pesat di Persia, Syiria, dan Asia kecil.[6]
Kecenderungan memasuki dunia politik, hal itu mendapat wujud konkritnya pada masa kepemimpinan Juneid
(1447-1460). Dinasti Syafawi memperluas gerakannya dengan menambahkan kegiatan
politik selain kegiatan keagamaan. Perluasan
kegiatan keagamaan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara
Koyunlu (Domba Hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah
itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Dari
tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Baki, Ak-Koyunlu,
juga salah satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika
itu menguasai sebagian besar Persia. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut
Sircassia tetapi pasukan pimpinannya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia
terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Ketika itu anak Juneid, Haidar masih
kecil dan dalam pengasuhan Uzun Hasan. Ketika itu kepemimpinan gerakan Syafawi
baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi. Pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar
dengan Uzun hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri
Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang di kemudian
hari menjadi pendiri kerajaan Syafawi di Persia.
2. Perkembangan Kerajaan Safawi
Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun
1501 M, pasukan Qizilbash (Baret Merah) menyerang dan mengalahkan Ak-Koyunlu di
Sharur, dekat Nakhchivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menakhlukkan
Tabriz, Ibu Kota Ak-Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota
ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama Dinasti Syafawi. Ia
disebut juga Ismail I.[7]
Ismail I berkuasa sekitar 23 tahun
(1501-1524 M). Pada sepuluh tahun pertama ia
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-sisa
kekuasaan Ak-Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai propinsi kaspia si
Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1505-1507 M) Baghdad dan daerah barat daya Persia
(1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M). Hanya dalam waktu sepuluh
tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur
Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).
Peperangan dengan Turki Utsmani
terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz. Karena keunggulan organisasi militer kerajaan Utsmani,
dalam peperangan ini Ismail l mengalami kekalahan, malah Turki Utsmani
di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Syafawi
terselamatkan dengan pulangnya Sultan Utsmani ke Turki karena terjadi
perpecahan dikalangan militer Turki di negerinya.
Rasa permusuhan dengan kerajaan Utsmani
terus berlangsung sepeninggal Ismail. Peperangan antara dua kerajaan besar
Islam ini terjadi beberapa kali pada zaman pemerintahan Tahmasp I (1524 - 1576
M), Ismail II (1576 - 1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577 - 15873 M). Pada
masa tiga raja tersebut, kerajaan Syafawi dalam keadaan lemah. Disamping karena
sering terjadi peperangan melawan kerajaan Utsmani yang lebih kuat, juga karena sering terjasi pertentangan antara
kelompok-kelompok di dalam negeri.[8]
Kondisi memprihatinkan ini baru bisa
diatasi setelah raja Syafawi kelima, yaitu
Abbas I naik tahta (1588
- 1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I untuk memulihkan politik
kerajaan Syafawi adalah sebagai
berikut:
Pertama, mengurangi dominasi pasukan Qizilbash
denan cara membentuk pasukan baru yan direkrut dari budak tawanan peran bangsa
Georgia, Armenia, Sircassia. Kedua, mengadakan perjanjian damai dengan Turki
Utsmani, yaitu ia rela melepaskan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian
wilayah lainnya. Dia juga berjanji tidak akan menghina Abu Bakar, Umar, Utsman.
Sebagai jaminan atas perjanjian itu, ia menyerahkan saudara sepupunya Haidar
Mirza sebagai sandera di Istanbul.[9]
Langkah-langkah yang dilakukan Abbas l tersebut
berhasil membuat kerajaan Safawi menjadi kuat kembali. Ia kembali melirik
wilayah-wilayahya dulu yang sempat lepas. Kemudian Abbas l menyusun kembali
kekuatan militer yang kuat. Setelah
kekuatan militer terbina dengan baik, ia berusaha merebut kembali
wilayah kekuasaannya dari Turki Utsmani.
Pada tahun 1602 M, disaat Tuki Utsmani berada dibawah kepemimpinan
Sultan Muhammad ll, Abbas l menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan,
dan Baghdad. Sedangkan kota-kota Nakchivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat
dikuasai tahun 1605-1606 M. Selanjutnya pada tahun 1622 M pasukan Abbas l
berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi
pelabuhan Bandar Abbas.
3. Kemajuan Kerajaan Safawi
Masa kekuasaan Abbas l merupakan puncak kejayaan
kerajaan Safawi. Secara politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut didalam
negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut kembali beberapa
wilayah kekuasaannya yang sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Utsmani. [10]
Selain itu kerajaan Safawi juga mengalami
kemajuan dalam beberapa bidang, antara lain:
a. Kemajuan bidang ekonomi
Bukti nyata
perkembangan perekonomian Safawi adalah dikuasainya kepulauan hurmuz dan
pelabuhan Gumrun kemudian diubah menjadi Bandar Abbas pada masa Abbas l. Maka
salah satu jalur dagang yang menghubungkan antara timur dan berat sepeenuhnya
menjadi milik kerajaan Safawi. Selain itu kerajaan Safawi juga mengalami
kemajuan di sector pertanian terutama di daerah Buan Sabit Subur (fortile crescent).
b. Kemajuan bidang ilmu
pengetahuan
Bangsa Persia
dalam sejarah Islam dianggap berjasa besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Maka tidaklah heran apabila kondisi
tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuan seperti Baha al-Din
asy-Syaerozi, Sadar al-Din asy-Syaerozi, Muhammad al-baqir al-Din ibn Muhammad
damad, masing-masing ilmuan dibidang filsafat sejarah, teologi dan ilmu umum.
c. Kemajuan bidang seni dan
pembangunan fisik
Kemajuan seni
arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah
ibukota kerajaan ini. Sejumlah sekolah, masjid, rumah sakit, jembatanyang
memanjang diatas Zenderud dan istana Chihisutun. Kota Isfahan juga diperindah
dengan kebun wisata.
4. Kemunduran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, kerajaan Syafawi
berturut-turut diperintah oleh enam raja, yang pada masa raja-raja tersebut
kondisi kerajaan Syafawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi
justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Syafawi
adalah:
a.
Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani
b. Dekadensi moral
yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Syafawi
c. Pasukan Ghulam
yang dibentuk Abbas I tidak memiliki semangat perang tinggi seperti Qizilblash
d. Seringnya terjadi
konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
C. KERAJAAN MUGHAL di INDIA
1. Asal-usul Kerajaan
Mughal
Kerajaan Mughol berdiri seperempat
abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Kerajaan ini termasuk dari tiga
kerajaan besar Islam dan kerajaan inilah termuda. Awal kekuasaan Islam di India
terjadi pada masa khalifah Al-walid dari Dinasti Bani Umayah, di bawah pimpinan
Muhammad Ibnu Qosim.[11]
Kerajaan Mughol di India dengan
Delhi sebagai ibu kotanya, di dirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M )
salah satu dari cucu Timur lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana.
Babaur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya pada Usia 11 tahun. Karena
dari kecil di didik sebagai seorang panglima, ia bertekad dan berambisi akan
menaklukan kota terpenting di Asia Tengah yaitu Samarkand. Pada mulanya Babur
mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi kala itu
yaitu Ismail I, akhirnya berhasil menaklukan Samarkand (1494 M). Pada tahun
1504 M, ia menduduki Kabul (Afganistan).[12]
Babur juga mampu menguasai Punjab (1525 M), kemudian menguasai Delhi setelah
bertempur di Panipat sebagai pemenang. Dengan demikian, Babur dapat menegakkan
pemerintahannya di sana, maka berdirilah kerajaan Mughol di India(1525M).
2. Perkembangan Kerajaan Mughal
Sepeninggalan babur tahun 1530 M,
tahta kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama Humayun. Walaupun Babur
telah berhasil menegakkan Mughal dari serangan musuh, namun Humayun tetap saja
menghadapi tantangan. Selama roda kepemimpinannya, kondisi pemerintahan tidak
pernah stabil. Selain banyak menghadapi peperangan, ia harus menghadapi gerakan
pemberontakan Bahadur Syah penguasa
Gujarat dan pertempuran besar dengan Sher Khan
di Kanauj pada tahun 1540 M. dan pada tahun 1556 M, Humayun meninggal
dunia.
Selanjutnya Humayun digantikan
anaknya yaitu Akbar yang berusia 14 tahun, karena ia masih muda maka urusan
kekeuasaan diserahkan pada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa Akbar inilah
kerajaan Mughal mencapai keemasannya.
Setelah Akbar dewasa, Akbar berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan aliran Syi’ah. Dan bairam mengarakan pemberontakan pada
tahun 1561 M, tetapi tetap bisa dikalahkan oleh Akbar.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai kerajaan yang besar, karena dua gerbang
India yaitu Abul dan kota kandahar dikuasai oleh Akbar. Kemajuan yang telah
dicapai oleh Akbar dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu
Jhangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M).
Ketiganya merupakan raja-raja besar Mughal yang didukung oleh kekuatan militer
yang sangat besar.
3. Kemajuan Kerajaan Mughal
a.
Bidang Ekonomi
Kerajaan Mughal dapat mengembangkan
program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Di sektor pertanian,
komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Hasil pertanian
yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran,
rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan.
b.
Bidang Seni
1) Karya seni yang
menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia
maupun India. Penyair yang terkenal
adalah Malik Muhammad Jayazi.
2) Karya-karya
arsitektur yang indah dan mengagumkan antara lain:
-
Istana Fatpur Sikri di Sikri, Cila dan Masjid-masjid yang
indah pada masa Akbar
-
Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi dan Istana Indah di
Lahore pada masa Syah Jehan.
c.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah
perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan
dipegang oleh Aurangzeb. Dibidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum
Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa –i-Alamgiri.
4. Kemunduran
Kerajaan Mughal
Ada beberapa factor yang menyebabkan kekuasaan
dinasti mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada
kehancuran pada tahun 1858 M. Adapun faktor-faktor tersebut adalah: [13]
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer
Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan
maritime Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang
terampil dalam mengoperasikan persenjataan Mughal sendiri.
b. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang Negara.
c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi
oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah
dalam bidang kepemimpinan.
BAB III
REFLEKSI
Pada masa tiga
kerajaan besar yang kami bahas dalam makalah ini merupakan awal dari kemajuan
kembali politik Islam, yang sebelumnya kekuatan politik islam mengalami
kemunduran yang sangat drastis, yang ditandai oleh runtuhnya Dinasti Abbasiyah
di Baghdad yang disebabkan oleh serangan dari tentara Mongol dibawah
kepemimpinan Timur Lenk yang memporak-porandakan pusat-pusat kekuasaan Islam
yang ada pada waktu itu.
Tiga kerajaan
besar ini diawali dari berdirinya kerajaan Utsmani di Turki pada tahun 1300M,
kemudian diikuti dengan berdirinya
kerajaan Safawi di Persia pada tahun 1501M, dan
selang waktu seperempat abad berdirilah
kerajaan Mughal di India pada tahun 1525M.
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa
Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara negeri
China yang masuk Islam sekitar abad ke 9/10 M ketika mereka menetap di Asia
Tengah. Pada waktu itu mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol dan
akhirnya mereka dibawah pimpinan Ertoghrol melarikan diri ke Barat dan mencari
perlindungan di antara orang-orang Turki Seljuk. Disana mereka mengabdikan diri
kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena
bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu
mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai
ibukotanya.
Setelah Ertoghrol wafat, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, yaitu Utsman. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Saljuk dan sultan Alaudin ll terbunuh. Kemudian Utsman menggantikan Sultan Alaudin II
dan Ia berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya dan sejak saat itulah
kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri dan Utsman menjadi raja pertamanya(1300 M).
Kerajaan Utsmani
terus mengalami kemajuan dalam beberapa periode kepemimpinan sampai pada puncak
kejayaannya yaitu pada masa kepemimpinan Sulaiman I.Karena setelah kepemimpinan
sultan Sulaiman I usai, terjadi perebutan kekuasaan dan itu menyebabkan kerajaan Utsmani
perlahan-lahan mengalami kemunduran.
Kerajaan Utsmani
mengalami kemajuan di beberapa bidang diantaranya yang paling menonjol dan yang
menjadi cirri khas dari kerajaan utsmani adalah dalam bidang militer dan
pemerintahan yang ditandai dengan terbentuknya tentara militer jenissari dan inkisyariyah. Keduanya
itu adalah mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat
besar dalam perluasan wilayah dan penakhlukan negeri non muslim. Selain itu
pada masa Sulaiman I juga berhasil menciptakan undang-undang yang digunakan
sebagai pegangan hukum kerajaan Utsmani pada waktu itu.
Dalam
bidang intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki
Usmani, karena mereka lebih mementingkan bidang kemiliteran. Namun demikian
mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa
bangunan-bangunan masjid yang indah seperti Masjid al-Muhammadi (Masjid Jami’
Sultan Muhammad al-Fatih), Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub
al-Anshari. Dan juga Aya Sophia yang merupakan masjid yang terkenal karena keindahan kaligrafinya yang asalnya
adalah gereja Kristen. Dalam bidang pendidikan, kerajaan Utsmani mengantarkan pada pengorganisasian sebuah sistem
pendidikan madrasah yang tersebar luas yang mengajarkan
nahwu (tata bahasa Arab) dan Sharaf (Sintaksis), Manthiq (Logika), Teologi,
astronomi, Geometri, dan Retorika.
Seperti yang kita
ketahui tidak ada yang abadi di dunia ini begitu pula kerajaan ini, kerajaan
ini perlahan-lahan mengalami kemunduran setelah wafatnya Sulaiman I, karena
setelah beliau wafat terjadilah perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya dan
itu menyebabkan kekacauan dan kemunduran kerajaan ini. Selain itu terlalu
luasnya daerah kekuasaan kerajaan ini dan tidak diimbangi dengan pemimpin yang
cakap, serta kemerosotan perekonomian dan juga pemberontakan tentara jenissari
menyebabkan kerajaan ini semakin kacau dan mengalami kemunduran.
Kemudian kerajaan
yang kedua adalah kerajaan Safawi. Kerajaan ini berasal
dari gerakan Tarekat di Ardabil sebuah kota di Azerbeijan (wilayah Rusia). Nama
Safawiyah itu diambil dari nama pendirinya safi al-Din (1252-1334M). Yang kami
ketahui kerajaan ini menganut aliran syi’ah dan ditetapkan sebagai madzhab
negaranya, dan dalam waktu yang tidak lama tarekat ini berkembang pesat di
Persia, Syiria, dan Asia kecil.
Pada sekitar abad ke 15, Ismail dinobatkan sebagai raja kerajaan Safawi dan Ia memproklamasikan dirinya sebagai raja
pertama Dinasti Syafawi (Ismail I). Ismail
I berkuasa sekitar 23 tahun (1501-1524 M). Sepeninggal Ismail I, kerajaan ini sangat
memprihatinkan karena 3 penguasa sesudah Ismail I dalam keadaan lemah dan juga
dampak dari peperangan melawan kerajaan Utsmani yang lebih kuat.
Kondisi yang memprihatinkan itu baru bisa
diatasi pada masa pemerintahan Abbas I, dan menurut kami pada masa Abbas I
inilah, kerajaan Safawi ini mengalami puncak kejayaannya. Karena secara politik
ia mampu mengatasi berbagai kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas
Negara dan berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang
sebelumnya lepas terebut oleh kerajaan Utsmani.
Dalam kerajaan Safawi
ini mengalami kemajuan dalam beberapa bidang. Yang menonjol adalah dalam bidang
perekonomian, tepatnya dalam sector perdagangan dan juga pertanian. Hal ini
dibuktikan dengan di bangunnya Bandar Abbas yang menjadi salah satu jalur
perdagangan dari timur ke barat yang itu semua sepenuhnya milik kerajaan
Safawi. Selain itu kemajuan di sector pertanian terutama di daerah Bulan Sabit
Subur (fortile crescent) karena disana memiliki tanah yang amat subur dan
sangat cocok untuk bercocok tanam. Dibidang ilmu pengetahuan, mereka berhasil memunculkan
ilmuwan-ilmuwan seperti Baha al-Din asy-Syaerozi, Sadar al-Din asy-Syaerozi,
Muhammad al-baqir al-Din ibn Muhammad damad. Dalam bidang arsitektur dan seni
mereka berhasil membuat bengunan yang indah seperti masjid, jembatan, sekolah,
taman kota dll. Dan yang paling menonjol terlihat pada Masjid Syah (1611 M), dan Masjid Syaikh
Lutf Allah (1603 M) dan juga kebun
wisata di Isfahan.
Sepeninggal Abbas I, kerajaan Syafawi
berturut-turut diperintah oleh enam raja, yang pada masa raja-raja tersebut
kondisi kerajaan Syafawi tidak menunjukkan perkembangan, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada
kehancuran. Konflik perebutan
kekuasaan, dan kemrosotan moral para pemimpinnya juga menjadi penyebab
kemunduran kerajaan ini.
Kemudian kerajaan yang ketiga yaitu kerajaan
Mughal di India, yang kami ketahui kerajaan ini berdiri seperempat abad setelah
berdirinya kerajaan Safawi tepatnya pada tahun 1525M. Kerajaan ini didirikan oleh Zahirrudin Babur ( 1482-1530 M ) salah satu dari cucu Timur
lenk. Zahirrudin Babur mendirikan Kerajaan Mughal dan memilih Delhi sebagai
ibukotanya.
Kerajaan Mughal dapat mengembangkan
program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Di sektor pertanian,
komunikasi antara pemerintah dan petani diatur dengan baik. Hasil pertanian
yang terpenting adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayur-sayuran,
rempah-rempah, tembakau, kapas, nila, dan bahan-bahan celupan. Kerajaan ini juga mengalami kemajuan di bidang
seni arsitektur, seni arsitektur yang indah antara lain Taj Mahal di Agra, Masjid Raya Delhi
dan Istana Indah di Lahore pada masa Syah Jehan. Keduanya adalah masjid yang sangat indah dan luar biasa.
Ada banyak faktor yang membuat kerajaan ini
mengalami kemunduran, diantaranya terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer,
kemerosotan moral dan
hidup mewah di kalangan pemerintahan,
konflik antar agama yang sangat sukar diatasi, Semua pewaris tahta kerajaan pada
paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Kerajaan Utsmani berasal dari suku bangsa
pengembara Qoyigh Oghuz, beribukota di Syukud. Pada tahun 1300 M, Kerajaan Utsmani
dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut Utsman
I. Dinasti Utsmani berkuasa kurang lebih selama tujuh abad, dengan sekitar 36
sultan selama kekuasaannya. Pasukan Janissary bentukan Orkhan yang terkenal
tangguh merupakan pasukan pertama yang berhasil menaklukkan beberapa wilayah
sehingga daerah kekuasaan Utsmani semakin luas. Peradaban yang dihasilkan
meliputi bidang militer, pemerintahan, ilmu pengetahun dan budaya. Kemunduran Utsmani
dimulai ketika wafatnya sultan Sulaiman al-Qoruni tahun 1566 M.
2.
Kerajaan Syafawi berdiri sejak 1503-1722 M. Kerajaan
Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat Syafawiyah, yang didirikan di
Ardabil. Nama Syafawiyah diambil dari nama pendirinya, Syafi al-Din. Nama
Syafawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik,
bahkan hingga gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan. Hasil peradaban
kerajaan Syafawi meliputi bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, bagunan fisik dan
seni. Kemunduran Syafawi berturut-turut sepeninggal Abbas I.
3.
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur (1526 -
1530 M). dan Peradaban yang diukir oleh kerajaan Mughal yakni pada bidang
ekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan. Kemunduran Kerajaan Mughal disebabkan
karena terjadi strategi dalam pembinaan kekuatan, kemerosotan moral dan hidup
mewah di kalangan elit politik, pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar”
dalam melaksanakan ide-idenya, semua pewaris tahta kerajaan adalah orang yang
lemah dalam bidang kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikel-blogserba.blogspot.com/2011/01/peradaban-islam-masa-tiga-kerajaan.html. 20 oktober 2012
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam.
PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam.
PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
[1] Badri Yatim. Sejarah
Peradaban Islam. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2004. hlm. 129
[3] Fatah Syukur. Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki
Putra. Semarang. 2009. Hlm. 138
[4] Badri yatim. Op.Cit., hlm. 135
[5] Fatah Syukur. Op.Cit.,
hlm. 138
[6] Fatah Syukur. Loc.Cit., hlm.139
[7] Badri yatim. Op.Cit., hlm. 141
[8] Badri Yatim. Op.Cit., hlm.142
[9] Fatah Syukur. Op.Cit.,
hlm. 140
[10] Fatah Syukur. Loc.Cit., hlm.141
[11] Badri Yatim. Op.Cit., hlm .145
[12] Badri Yatim. Loc.Cit., hlm .147
[13] Fatah Syukur. Op.Cit.,
hlm .150
No comments:
Post a Comment